Ada Yang Salah?
Menjelang lebaran kemarin, DPR disibukkan dengan pro dan kontra pengesahan Rancangan Undang-Undang Anti Porongrafi dan Pornoaksi (RUU APP) yang kini berganti menjadi RUU Anti Pornografi. Sebenarnya, bola panas kasus ini sudah lumayan lama bergulir. Bahkan, sempat tenggelam karena tidak ada kabar beritanya lagi, gue sempet berpikir bahwa RUU ini akan hilang dihembus angin.
Seperti yang menjadi headline di berbagai media massa. RUU ini mendapat dukungan dan penolakan yang sama-sama kuat. Bagi kubu yang menolak, RUU mengancam keutuhan keanekaragaman Bangsa Indonesia dan pasalnya yang bersifat ambigu. Dan bagi yang mendukung, RUU ini menjadi penyelamat dari maraknya aksi-aksi Pornografi yang menyerang kaum muda.
Well, sejauh ini sih gue masih belum mengambil keputusan berpihak pada kubu yang mana. Tapi, gue agak sedikit tersinggung, dengan tudingan bahwa RUU ini adalah sebagai bentuk penegakan syariat bagi agama tertentu, yang memang tentunya mejadi mayoritas di Negara ini.
Gue, ngomong gini bukan karena menjadi bagian agama mayoritas tertentu itu. Tapi atas dasar apa tuduhan itu dilontarkan. Dari hal kecil tapi penting seperti ketua panitia RUU ini saja juga bukan dari agama mayoritas tersebut.
Dan gue gak ngeliat satu pasal yang memaksa untuk mengikuti ajaran suatu agama tertentu. Bukankah melawan hal-hal yang merusak moral menjadi tugas bersama, oleh dan apapun agamanya.
Bukannya sombong atau congkak ya. Memangnya kalo pun suatu mayoritas membuat suatu peraturan, gak salah kan kalo itu banyak unsure-unsur dari mayoritas tersebut. Toh, yang namanya demokrasi begitukan? Suara mayoritas, maka itu yang dipakai. Walaupun, gue belum melihat peraturan yang dibuat memaksakan minoritas masuk ke mayoritas, malah melindungi yang minoritas malah.
Coba bandingkan di negara-negara lain yang menjadi minoritas, mereka bahkan ruang geraknya sangat dibatasi. Bahkan, ada kasus yang belum lama terjadi di salah satu Negara eropa, yang menolak keberadaan Masjid terbesar di negaranya dengan dalih takut sebagai tempat teroris. Kabarnya demo penolakan ini sempat menimbulkan bentrok dengan polisi.
Intinya, marilah kita sikapi segala sesuatunya dengan kacamata postif, janganlah kita mau di adu domba atas nama agama atau apapun. Oke?
Sudahlah jadi merancau gini.
Salam
Tyo Sudiro
Label: Ruu app, Tyo ngomong Politik
10 Komentar:
pertamax dulu ah..
kalo gw sih lebih memihak kepada RUU APP.. toh banyak jeleknya dari pada bagusnya?? terus kalo gw boleh aa saran. mending harus ada pembatasan yang jelas, mana yang dibilang porno, mana yang budaya..
jangan ampe budaya porno dan membudayanya porno terus terjadi.. ya toh..
susah memang, ketika niat baik dari sekelompok orang belum tentu tentu dipandang baik untuk sekelompok orang lainnya. bener kata elo yo, pandang saja sisi positif dari RUU Anti Pornografi ini, toh suatu peraturan dibuat untuk mengatur apa yg ada di masyarakat. bukan untuk membatasi ruang gerak..
hidup juga ada aturan.. kalo ga ada aturan ga akan bener hidup ini.....
lam kenal. udah baca ini?
gw gak dukung siapa2...
btw,
situ ganti nama?
ya. indonesia gak maju2 karena masih mempermasalahkan hal yang tidak perlu untuk di permasalahkan.
maap lahir bathin yeee
manggis at samarinda
Memang lebih baik rasanya memberikan tanggapan dari sudut pandang positif...lebih realistis dan bisa diterima. RUU APP seharusnya bisa dong mengakomodir semua pihak....
Rusuh melulu ya kalo mau bikin UU...Indonesia koq repot!
kalau UU ini bisa memicu perpecahan buat apa disahkan?
makanya guys, hilangkan prasangka..
gue pengen baca ulang RUU Pornografi deh.. pengen tau batas2 sesuatu yg dibilang porno tuh yg kaya apa.. memperlihatkan payudarakah?? trus cewe2 papua atw eyang-eyang di desa-desa yg sering ngisis di teras topless atw pake kemben juga dijaring? :D
Posting Komentar
Siapun boleh ngehina gw.Termasuk loe
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda