Internet dan Bioskop
"Neng sendirian aje.Nonton abang dangdutan, nyok" (Foto dari sini)
"Loe udah nonton film Hansel dan Gretel?" Tanya teman sekantor gue, Fino, di suatu sore di sela-sela kerjaan yang memang udah mulai santai.
"Belum. Emangnya bagus?" Gue balik bertanya.
"Waa..Bagus itu. Loe cek aja filmnya."
Seketika gue membuka dua tab yang ada di browser gue. Tab pertama, gue buka situs 21cineplex.com, tab selanjutnya gue ketik 'Hansel and Gretel' di mbah Google. Gak sampai semenit, gue langsung jadi pinter untuk mengetahui semua seluk beluk tentang film tersebut.
Berkat internet dan Google, gue langsung sadar kalau alur cerita di film Hans and Gretel beda sama cerita yang gue inget waktu kecil.
Dua anak kecil yang tersesat oleh penyihir di rumah permen, telah berubah menjadi pemburu penyihir berdarah dingin. Sekali lagi, semuanya berkat internet, gue bisa terselamatkan dari film yang mengumbar darah dimana-mana kayak gitu. Hiii....
Kemajuan internet juga memudahkan gue dalam melakukan segala hal yang dulu ngelakuinnya bisa berjam-jam lamanya. Misalnya internet banking. Kalo dulu gue harus antri ampe kaki kram buat transfer atau bayar tagihan,sekarang mah tinggal buka laptop doang dan klik, lalu selesai.
Saking booming-nya, menurut pejabat salah satu bank, transaksi di internet bank udah hampir menyamai transaksi konvensional. Satu-satunya kelemahan internet banking, menurut gue cuma satu. Gak bisa ngeluarin duit dari laptop.
Di hari lain, teman kantor gue yang lain Eno, menceritakan bagaimana internet membuat dia semakin mudah menonton film kesayangannya. Dia cerita, tak hanya melihat informasi film itu, dia pun bisa memesan tiket dan bahkan memilih tempat duduk tanpa harus repot-repot ngantri.
Bagi Eno, yang sudah menikah dan gak punya banyak waktu luang mungkin cara itu sangat membantunya. Tapi bagaimana dengan jomblo-jomblo di sana yang sedang mengincar gebetannya? Gue rasa ini gak membuat mudah, malah membuat susah.
Maksud gue gini, di era digital kayak sekarang apa sih yang ga bisa dilakukan? Komunikasi bisa kapan aja lewat BBM atau instant messaging. Kalau pengen liat muka si gebetan, tinggal nyalain Skype. Paling frontal sih, kepoin gebetan pake Twitter dan Facebook.
Dimana esensi kenikmatan mengejar gebetan?
Tono, sahabat gue sejak kuliah pernah menuturkan kisah kelabunya. Dia berkenalan dengan gebetan via Twitter, lalu mereka saling follow, tukeran PIN BBM, ngobrol hampir tiap hari, lalu janjian nonton. Tapi pas ketemu mereka saling bingung mau ngomong apa. Keduanya kayak kehabisan cerita buat ngoborol saat bertatap muka.
Rutinitas nonton pun menjadi hal yang garing bagi Tono dan calon gebetannya tersebut. "Setelah ajakan nonton itu gue akhirnya malah milih nembak dia lewat BBM." kenang Tono ke gue.
Ya, bisa ditebak cewek mana yang mau nerima cowok yang nembak aja lewat pesan di status BBM.
Gue beruntung lahir di saat internet masih belum ada. Bahkan dimana handphone pun masih baru lahir. Gak ada kemudahan mendapatkan informasi film atau membeli tiket film, membuat acara nge-date dengan pacar terasa penuh kejutan.
Iya sih emang ga semua acara nonton bareng pacar itu sukses. Gue juga punya kejadian pahit, tepatnya saat gue nge-date untuk pertama kalinya dengan pacar pertama pula.
Setelah selama ini hanya ngobrol di sekolah, gue sama Nilam--pacar pertama gue itu-- janjian buat nonton. Kita sepakatin bahwa minggu sore kita akan nonton. Namun, saking exicted-nya pas hari H atau beberapa jam sebelum gue jalan, gue belum nentuin mau nonton film apa!
Dan di zaman gue itu, mengetahui informasi film, kalau gak dari koran ya langsung lihat sinopsisnya langsung di gedung bioskop. Alhasil gue pergi nonton tanpa menyiapkan hal yang penting tersebut. Ini aib, ini sama aja gue makai sepatu LA Gear Light tapi lampunya ga nyala. Itu SURAM, SOB!
Pas sampai di gedung bioskop, tentu saja gue bingung mau nonton. Karena emang buta sama sekali sama jadwal dan film yang lagi beredar. "Kita mau nonton apa jadinya nih?" tanya Nilam.
Mata gue melihat sekeliling dan tepat jatuh di di loket tiket yang masih buka tirainya, tentu saja gak banyak antrian. "Kita nonton Species II! Film bagus tuh. Gue beli dulu ya tiketnya," kata gue melihat judul di atas tiket box itu.
Setelah berhasil mendapatkan tiketnya. Si Nilam yang sudah nunggu sembari memegang popcorn dan minuman softdrink udah gatel langsung nanya. "Species II itu ceritanya apa?"
Awalnya gue berpikir, angka di belakang judul Species membuat jaminan mutu kalau film itu memang bagus. Karena artinya, film yang dibuat sekuel lanjutan, pasti mengekor dari kesuksesan film sebelumnya.
Species II, emang jenis film horor yang bagus. Sayang, itu ga cocok ditonton sama pasangan muda yang baru jadian.
"Kata penjaga loketnya,Species II itu film tentang astronot yang kena virus Alien, terus pengen menguasai bumi dengan cara bersenggama wanita di bumi," jelas gue.
"Alien? Nyerang Bumi? Bersenggama?" kata Nilam, sedikit speechles. "IYA!" gue menjawab mantap.
Lalu ada hening panjang dan berkelanjut dari saat menonton hingga kita kembali ke rumah masing-masing. Tapi mulai saat itu sampai keesokannya gue ga pernah ditegur sapa sama Nilam. Gue akhirnya mahfum, sampai akhirnya Nilam mutusin gue lewat telephon.
Ya, ada atau ga adanya kemajuan internet, sebelum nge-date pastiin dulu loe udah pre-pare dengan baik.
0 Komentar:
Posting Komentar
Siapun boleh ngehina gw.Termasuk loe
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda