Arti Idealisme?

“Emang idealisme itu apa?” “Sampai sejauh mana loe pertahanin idelasime loe,?”
Pertanyaan klise yang sudah sering banget ditanyakan sama setiap orang ke diri gue. Dan sumpah, sampai saat ini gue gak ngerti yang namanya idealisme dalam arti sebenarnya. Karena setiap orang yang berkoar-koar tentang idealisme di depan gue, belum menunjukan kualitas idealisme sesungguhnya. Begitu menurut gue.
Ada tiga cerita yang bikin gue berbeda pandang tentang prespektif IDEALISME.
Cerita pertama ini, mungkin udah lawas untuk diungkapkan. Akan tetapi, paling ‘gak cukup berbekas di pikiran dan hati gue.
Namanya Dodi, umurnya sekira 25 tahun, dan belum lulus dari kuliahnya di universitas swasta bidang IT.
Dia cukup lama bekerja menjadi pegawai honorer di instasi pemerintah yang menurut kebanyakan meeupakan lahan basah. Pekerjaanya yang baik dan rapi, membuat dia di sukai oleh banyak kalangan. Tidak heran, pengangkatannya sebagai karyawan PNS tinggal selangkah lagi.
Namun, sehari menjelang pengumuman itu, dia tiba-tiba mengundurkan diri dari instasi pemerintah yang diidamkan oleh banyak pencari kerja di Indonesia.
“Kenapa harus berhenti. Loe diangkat jadi PNS, halal kok, bukan karena nepotisme, hal yang loe junjung tinggi itu,” tanya gue heran ketika itu.
Sambil tersenyum, dia menjawab, “Ya, gue emang akan diangkat jadi PNS itu halal. Tetapi kita musti ingat. Lingkungan sekitar gue penuh dengan praktek KKN. Gue gak bisa menutup mata terhadap hal itu,”
“Ah, gue yakin loe bisa pertahanin iman loe dari sifat-sifat yang kayak gituh. Loe pasti bisa, bro,”
“Ah sapa yang bisa menjamin. Sekarang gue bisa nolak duit jutaan atau bahkan puluhan juta. Tapi entar. Saat gue berkeluarga, dan banyak kebutuhan yang mesti gue penuhin. Jangan-jangan duit 20 ribu aja bisa gue embat,” jelasnya tegas.
Dan gue pun tertegun.
Cerita yang kedua, tentang teman SMP gue, yang baru-baru ini ketemu di situs jejaring sosial Facebook. Sebenarnya gue cukup senang dengan pertemuan gue dengan Thia (sahabat gue itu)di dunia maya. Apalagi Thia, merupakan sahabat karib dan gokil di masa masih memakai seragam putih biru ituh.
Hal yang gak bisa dilupakan tentang Thia. Dia penggemar berat Rancid, grup band punk rock cadas. Penampilannya yang berkacamata dengan potongan rambut pendek, serta pendiam. Thia menyimpan sisi ‘lain’.
Sampai suatu saat, saat gue melihat foto-fotonya di ‘muka buku’ tersebut. Gue terperanjat, Thia, si gadis lugu itu, tubuhnya kini penuh dengan tato. Sangar. Walaupun belum bertemu selama hampir 8 tahun lamanya. Dia telah jauh-jauh berubah. Sisi pemberontaknya, nampaknya telah keluar. Terjerumus idealisme?
Dan gue pun tersenyum.
Cerita terakhir, kita sebut saja namanya Mr F.
Sejak lama, gue berteman dengan Mr F, tetapi sejak itu juga kepribadian kita yang bertolak belakang sering dipaksakan. (oke gue tahu, kesannya kayak homok..Tapi sumpah, gue bukan homok).
Saat kepergiannya dari kantor, tempat kita bahu-membahu dalam bekerja. Dia berkoar-koar tentang penilainnya terhadap gue yang telah melepaskan idealisme, demi beradaptasi dengan lingkungan kerja.
Sampai suatu saat setelah kepergiannya dari tempat kerja gue yang lama.
“Yo, katanya di situ ada yang keluar yah?, tadi gue masukin lamaran. Kira-kira ada peluang lagi gak ya?,” tanya si Mr F itu.
Dan gue hanya bisa mengelus dada.
Ah kawan, sampai saat ini gue pun gak tahu apa itu idealisme. Mungkin, dari kawan sekalian ada yang bisa membantu. Pertanyaannya sih simple “Apa sih idealisme itu,?”
Sudahlah jadi merancau begini,
Salam Tyo Gaptek